Rabu, 09 Februari 2011

HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN KINERJA BIDAN DALAM PELAYANAN ANTENATAL CARE DI WILAYAH KECAMATAN INDIHIANG KOTA TASIKMALAYA

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan masalah yang menjadi prioritas di bidang kesehatan. World Health Organization (WHO), memperkirakan di seluruh dunia AKI mencapai 500.000 jiwa per tahun (Manuaba, 1998) Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, memaparkan bahwa AKI di Indonesia tercatat sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes ri, 2007).
Angka Kematian Ibu Maternal berguna untuk mengetahui tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, ibu melahirkan dan nifas. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2007, bahwa AKI Jawa Barat tahun 2007 sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini dibandingkan tahun sebelumnya menampilkan kecenderungan terjadi penurunan (Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat, 2007).
Di Kota Tasikmalaya pada tahun 2007 kematian ibu sebanyak 14 orang, diantaranya disebabkan oleh eklamsi 1 orang, abortus 1 orang, hipertensi 1 orang, perdarahan 5 orang, dan yang disebabkan oleh lainnya sebanyak 6 orang (Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, 2008).
Masih tingginya AKI dan rendahnya hasil cakupan kunjungan ibu hamil merupakan tanggung jawab semua jajaran kesehatan di Kota Tasikmalaya, baik dokter, bidan puskesmas maupun bidan desa, akan tetapi bidan desa merupakan ujung tombak terdepan dalam memberikan pelayanan persalinan dan memiliki kontribusi langsung terhadap penurunan angka kematian ibu. Dari hasil kerja bidan desa mengenal persalinan yang rendah baik secara kuantitas maupun kualitas, serta AKI dan AKB yang cukup tinggi memperlihatkan indikasi kinerja bidan desa dalam pertolongan persalinan masih perlu ditingkatkan.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kematian ibu tadi ternyata sangatlah kompleks diantaranya adalah tingkat pendapatan, pendidikan dan ekonomi rumah tangga, juga faktor lingkungan serta faktor sosial budaya/perilaku masyarakat. Setiap 2 jam sekali ibu meninggal pada saat melahirkan sebagian karena kurangnya pengetahuan tentang hal-hal yang berisiko terhadap kehamilan. ada 4 (empat) terlalu dan 3 (tiga) terlambat yang biasanya terjadi pada kematian ibu yaitu : terlalu  muda untuk hamil dan melahirkan, terlalu tua untuk hamil dan melahirkan, terlalu dekat jarak kehamilan dan kelahiran serta terlalu banyak melahirkan, sedangkan 3 (tiga) terlambat yaitu terlambat mengambil keputusan untuk membawa ke Rumah sakit, terlambat membawa ke Rumah Sakit dan terlambat ditangani (Harian Umum, Pikiran Rakyat, 2005).
Kinerja tenaga kesehatan menjadi unsur yang sangat penting dalam upaya memelihara dan meningkatkan pembangunan nasional bidang kesehatan. Kajian tentang kinerja memberikan kejelasan bahwa faktor-faktor internal dan eksternal sangat menunjang bagi individu dalam mencapai prestasi kerja.
Untuk memperkuat dugaan mengenai belum optimalnya kinerja bidan, maka dilakukan wawancara dengan 4 (empat) orang bidan yang bertugas di wilayah kerja puskesmas Bungursari Kecamatan Indihiang pada bulan Oktober 2008, adapun beberapa permasalahan yang berkaitan dengan rendahnya kinerja bidan diantaranya : 1) Kemampuan dan keahlian bidan desa, 2) Kualitas sumber daya kesehatan, 3)Motivasi terhadap pekerjaan Bidan, 4) Beban kerja, 5) Penghargaan, 6) Dukungan, bimbingan dan pengarahan dari supervisi.
Memperhatikan AKI, dapat dikemukakan bahwa pengawasan antenatal masih belum memadai, sehingga penyulit kehamilan tidak atau terlambat diketahui. Untuk mengatasi hal itu WHO mencetuskan konsep Four Pillars of safe mothrehood diantaranya Asuhan antenatal (Saifudin, 2001)
Asuhan Antenatal sebagai pilar kedua merupakan salah satu upaya yang dapat menurunkan AKI dan AKB, karena dapat mengetahui berbagai risiko dan komplikasi hamil sehingga ibu hamil dapat diarahkan untuk melakukan rujukan. Pelayanan berkualitas dapat dikatakan sebagai tingkat pelayanan yang memenuhi standar yang telah ditetapkan. Jadi standar penting untuk pelaksanaan, pemeliharaan, dan penilaian kualitas pelayanan (Depkes RI, 2001).
Cakupan KI adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan cakupan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan sesuai dengan standar serta paling sedikit empat kali kunjungan, dengan distribusi sekali pada trimester pertama, sekali trimester kedua, dan 2 kali trimester ke tiga. Angka ini dapat dimanfaatkan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan kepada ibu hamil. Cakupan KI Nasional pada tahun 2006 mencapai 90,38 % dan cakupan K4 mencapai 79,63 % (Depkes RI, 2006).
Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat tahun 2007 diperoleh data sebagai berikut : cakupan kunjungan ibu hamil pertama (K1) sebesar 88,35% dengan kisaran antara 69,82 sampai dengan 109,64%, sedangkan cakupan kunjungan ibu hamil ke 4 melewati K1 murni (K4) sebesar 79,74% dari target sebesar 90% dengan kisaran 57,17%  dan 108,53%. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 71,35% dengan kisaran antara 51,11%  dan 103,69%.
Cakupan kunjungan ibu hamil K1 di Kota Tasikmalaya pada tahun 2008 adalah sebesar 86,17% dari target 95%, cakupan kunjungan ibu hamil K4 sebesar 83,17% dari target 98%, sedangkan cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (nakes) sebesar 92,88% dari target 100% (Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, 2008)




Tabel 1
Cakupan Kunjungan Ibu Hamil di Pusksesmas Puskesmas
dalam Wilayah Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya Tahun 2008

Nama Instansi
K 1
K4
Linakes
Absolut
%
Absolut
%
Absolut
%
Dinas Kesehatan Kota
11.449
86,17
11.123
83,71
11.446
92,88
Puskesmas Indihiang
     745
93,68
     736
92,58
     759
100
Puskesmas Bantarsari
     334
90,29
     344
90,28
     333
100
Puskesmas Sukalaksana
     332
97,36
     332
97,36
     229
100
Puskesmas Bungursari
     251
99,33
     251
99,33
     209
94,57
      Sumber : Profil KIA Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya Tahun 2008
     
Kinerja tenaga kesehatan menjadi unsur yang sangat penting dalam upaya memelihara dan meningkatkan pembangunan nasional bidang kesehatan. Kajian tentang kinerja memberikan kejelasan bahwa faktor lingkungan kerja organisasi sangat menunjang bagi individu dalam mencapai prestasi kerja. Kinerja individu adalah hasil kerja karyawan baik dari segi kualitas maupun kuantitas berdasarkan standar kerja yang telah ditentukan, kinerja individu ini akan tercapai apabila didukung oleh atribut individu, upaya kerja (work effort) dan dukungan organisasi. Menurut Timple terdapat dua kategori dasar atribusi yang bersifat internal atau disposisional dan yang bersifat eksternal atau situasional yang dapat mempengaruhi kinerja.
Berdasarkan studi dokumentasi di atas diketahui bahwa pencapaian target cakupan K1, K4 dan persalinan oleh tenaga kesehatan rata-rata tidak mencapai target sesuai yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya,  penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan motivasi terhadap kinerja bidan dalam pelayanan Antenatal Care (ANC) di Wilayah Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
1.      Bagaimana motivasi bidan dalam pelayanan ANC di wilayah  Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya.
2.      Bagaimana kinerja bidan dalam Pelayanan ANC di wilayah Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya.
3.      Bagaimana hubungan motivasi bidan dengan kinerja bidan dalam pelayanan ANC di Wilayah Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya.

C.    Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
Mengetahui hubungan motivasi dengan kinerja bidan dalam pelayanan ANC di wilayah  Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya.
2.      Tujuan Khusus
a.       Memperoleh informasi mengenai motivasi bidan dalam pelayanan ANC di wilayah  Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya.
b.      Memperoleh informasi mengenai kinerja bidan dalam pelayanan ANC di wilayah Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya.
c.       Melakukan Analisis hubungan motivasi dengan kinerja bidan dalam pelayanan ANC di wilayah Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya.

D.    Manfaat Penelitian
1.      Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan Ilmu Kebidanan khususnya pada Ilmu Kesehatan Ibu yang ditik beratkan pada pengkajian pelayanan ANC.
2.      Manfaat Praktis
a.       Bagi Puskesmas
Dapat lebih memberikan gambaran dalam upaya meningkatkan kinerja bidan di seluruh puskesmas dan tempat pelayanan kesehatan lainnya.
Penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan pengetahuan dan wawasan sehingga dapat meningkatkan kinerja bidan bidan dalam melaksanakan pemeriksaan pemriksaan ANC.
b.      Bagi Dinas Kesehatan
Memberikan tambahan pengetahuan mengenai pelaksanaan program dari strategi yang telah diberikan guna meningkatkan mutu pelayanan kebidanan yang optimal.
c.       Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan serta menjadi pengalaman berharga khususnya dalam melakukan penelitian mengenai Hubungan motivasi dengan kinerja bidan puskesmas dalam pelayanan ANC di Wilayah Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya.

E.     Keaslian Penelitian
Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiawan tahun (2007) dengan judul “Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja bidan di desa dalam pertolongan persalinan”, dan yang sekarang diteliti oleh penulis adalah “Hubungan motivasi dengan kinerja bidan dalam pelayanan ANC di wilayah Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya”.
Kesamaan dalam penelitian ini adalah “kinerja bidan”, adapun perbedaannya yang diteliti oleh Setiawan adalah “beberapa faktor-faktor” sedangkan  yang penulis teliti saat ini “motivasi” yang berhubungan dengan kinerja.
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Telaah Pustaka

1.      Motivasi
a.       Pengertian
Motif sering kali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat. Jadi motif tersebut merupakan suatu driving force yang menggerakkan manusia untuk bertingkah laku, dan di dalam perbuatannya itu mempunyai tujuan tertentu (Fitri, 2008). Menurut Moenir (2006) motivasi adalah rangsangan dari luar dalam bentuk benda atau bukan benda yang dapat menumbuhkan dorongan pada orang untuk memiliki, menikmati, menguasai, atau mencapai benda/bukan benda tersebut.
Motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan (Mc. Donald dalam Ariyanto).
Pentingnya peranan motivasi dalam proses kerja perlu dipahami oleh pimpinan sebagai motivator agar dapat melakukan berbagai bentuk tindakan atau bantuan kepada karyawan. Motivasi dirumuskan sebagai dorongan, baik diakibatkan faktor dari dalam maupun luar karyawan, untuk mencapai tujuan tertentu guna memenuhi/memuaskan suatu kebutuhan.
Dengan demikian motivasi dapat diartikan suatu sikap (attitude) pimpinan dan karyawan terhadap situasi kerja (situation) di lingkungan organisasinya, mereka yang bersikap positif terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja tinggi, sebaliknya jika mereka bersikap negatif terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja yang rendah, situasi kerja yang dimaksud mencakup antara lain hubungan kerja, fasilitas kerja, iklim kerja, kebijakan pimpinan, pola kepemimpinan kerja dan kondisi kerja.
b.      Peranan Motivasi
Untuk mendapatkan sumber daya manusia yang diharapkan organisasi dapat memberikan andil positif terhadap semua kegiatan perusahaan dalam mencapai tujuannya, setiap karyawan diharapkan memiliki motivasi kerja yang tinggi yang diharapkan nantinya akan meningkatkan disiplin kerja yang tinggi. Motivasi merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh pihak manajemen bila mereka menginginkan setiap karyawan dapat memberikan kontribusi positif terhadap pencapaian tujuan perusahaan, karena dengan motivasi, seorang karyawan akan memiliki semangat yang tinggi dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Tanpa motivasi, seorang karyawan tidak dapat memenuhi tugasnya sesuai standar atau bahkan melampaui standar karena apa yang menjadi motif dan motivasinya dalam bekerja tidak terpenuhi. Sekalipun seorang karyawan memiliki kemampuan operasional yang baik bila tidak memiliki motivasi dalam bekerja, hasil akhir dari pekerjaannya tidak akan memuaskan.
c.       Macam-macam Motivasi
1)      Motivasi Intrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh seseorang yang senang membaca, tidak usah ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya. Kemudian kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya (misalnya kegiatan belajar), maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri. Sebagai contoh konkrit, seorang siswa itu melakukan belajar, karena betul-betul ingin mendapat pengetahuan, nilai atau keterampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara konstruktif, tidak karena tujuan yang lain-lain. “intrinsik motivations are inherent in the learning situations and meet pupil-needs and purposes”. Itulah sebabnya motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkait dengan aktivitas belajarnya. Seperti tadi dicontohkan bahwa seorang belajar, memang benar-benar ingin mengetahui segala sesuatunya, bukan karena ingin pujian atau ganjaran.
2)      Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsangan dari luar. Sebagai contoh seseorang itu belajar, karena tahu besok paginya akan ujian dengan harapan akan mendapatkan nilai baik, sehingga akan dipuji oleh pacarnya, atau temannya. Jadi yang penting bukan karena belajar ingin mengetahui sesuatu, tetapi ingin mendapatkan nilai yang baik, atau agar mendapat hadiah. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, tidak secara langsung bergayut dengan esensi apa yang dilakukannya itu. Oleh karena itu motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.
2.      Kinerja
a.       Pengertian
Beberapa pengertian kinerja atau prestasi kerja atau unjuk kerja dikemukakan oleh sejumlah penulis buku Manajemen Sumber Daya Manusia diantaranya pendapat Ilyas menyatakan bahwa kinerja adalah penampilan hasil kerja personal baik secara kualitas dan kuantitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan hasil personal individu atau organisasi dan tidak terbatas kepada pemangku jabatan struktural ataupun fungsional semata. Menurut Siegel, Shim, yang diterjemahkan oleh Kurdi (1999) yaitu Kinerja adalah pernyataan yang menyajikan ukuran hasil yang sebenarnya dari beberapa kegiatan pribadi atau kesatuan periode yang sama.
Sedangkan Koetin (1994), Becker (1996) dalam penelitiannya mendefinisikan kinerja berarti prestasi kerja, sedangkan prestasi kerja adalah hasil kerja, dengan demikian kinerja adalah merupakan prestasi yang dicapai oleh suatu organisasi atau entitas dalam periode tertentu.
b.      Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kreativitas yang ditetapkan sebelumnya (Siegel, Marconi; kutipan Mulyadi, 2001).
Tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dan mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan. Penilaian kinerja dilakukan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya dan untuk merangsang dan menegakkan perilaku yang semestinya diinginkan melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta penghargaan, baik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik (Mulyadi, 2001).


c.       Manfaat Penilaian Kinerja
Mulyadi (2001) mengungkapkan manfaat penilaian kinerja. Penilaian dimanfaatkan oleh manajemen untuk :
1)      Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum.
2)      Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan, seperti : promosi, transfer dan pemberhentian.
3)      Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.
4)      Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka.
5)      Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
Dari manfaat penilaian kinerja tersebut, maka manajemen sebagai pihak yang menerima wewenang penuh mengelola organisasi usaha (agent) dari pemilik (principal) akan berupaya untuk membawa organisasi atau badan usaha yang dipimpinnya ke arah tujuan yang ditetapkan, dan sebagai dasar akuntabilitas atau pertanggungjawaban manajemen atas seluruh aktivitas kerjanya.
Dalam konteks perusahaan yang telah besar, bahkan perusahaan-perusahaan yang go public, maka laporan kinerja manajemen dan penilaian kinerja merupakan suatu keharusan yang mencerminkan kinerja bisnis terbuka untuk dinilai oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
d.      Tahap Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja dilaksanakan dalam dua tahap utama, yaitu tahap persiapan dan tahap penilaian. Seperti yang dijelaskan oleh Mulyadi (2001). Tahap persiapan terdiri dari tiga tahap rinci :
1)      Penentuan daerah dan manajer yang bertanggung jawab
2)      Penetapan kriteria yang dipakai untuk mengukur kinerja.
3)      Pengukuran kinerja sungguhkan
Tahap Penilaian terdiri dari tiga tahap rinci :
1)      Perbandingan kinerja sesungguhnya dengan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
2)      Penentuan penyebab timbulnya penyimpangan kinerja sesungguhnya dari yang ditetapkan dalam standar.
3)      Penegakan perilaku yang diinginkan dan tindakan yang digunakan untuk mencegah perilaku yang tidak diinginkan.
e.       Pengukuran Kinerja
Terdapat tiga macam ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja secara kuantitatif, seperti diungkap oleh Mulyadi (2001) yaitu :
a.       Ukuran Kriteria Tunggal (single Criterion)
Ukuran Kriteria Tunggal (single Criterion) yaitu ukuran kinerja yang hanya menggunakan satu ukuran untuk menilai kinerja manajer. Jika kriteria tunggal digunakan untuk mengukur kinerja, orang akan cenderung memusatkan usahanya kepada kriteria tersebut, dengan akibat diabaikannya kriteria lain, yang kemungkinan sama pentingnya dalam menentukan sukses atau tidaknya perusahaan atau bagiannya.
b.      Ukuran Kriteria Beragam (Multiple Criterion)
Ukuran Kriteria Beragam (Multiple Criterion) yaitu ukuran kinerja yang menggunakan berbagai macam ukuran untuk menilai kinerja manajer. Berbagai aspek kinerja manajer dicari ukuran kriteria. Tujuan penggunaan kriteria beragam ini adalah manajer yang diukur kinerjanya mengarahkan usahanya kepada berbagai kinerja.
c.       Ukuran Kriteria Gabungan (Composite Criterion)
Ukuran Kriteria Gabungan (Composite Criterion) yaitu ukuran kinerja yang menggunakan macam ukuran, memperhitungkan bobot masing-masing  ukuran, dan menghitung rata-ratanya sebagai ukuran menyeluruh kinerja manajer. Beberapa perusahaan memberikan bobot angka tertentu kepada beragam kriteria kinerja untuk mendapatkan ukuran kinerja manajer, setelah memperhitungkan bobot beragam kriteria kinerja masing-masing.
3.      Antenatal Care  
a.       Definisi ANC
1)      Pelayanan ANC  adalah pelayanan  yang  diberikan kepada ibu hamil  secara  berkala untuk  menjaga   kesehatan  ibu  dan    janinnya (Depkes RI, 1997).
2)      ANC adalah pengawasan sebelum anak lahir terutama ditujukan pada anak (Mochtar, 1998)
3)      ANC adalah pengawasan sebelum persalinan terutama  ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim  (Manuaba, 1998).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ANC merupakan pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil yang ditujukan pada dalam pertumbuhan dan perkembangan janin di dalam rahim.
b.      Tujuan ANC
1)      Menyiapkan ia sebaik baiknya fisik dan mental, serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan, dan masa nifas, sehingga keadaan mereka post partum sehat dan normal tidak hanya fisik akan tetapi  juga mental (Wiknjosastro, 2005)
2)      Menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama dalam kehamilan, persalinan, dan nifas, sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat (Mochtar, 1998).
3)      Hasil akhir yang diharapkan adalah kelangsungan hidup ibu dan bayinya serta kualitas hidup yang baik (Farrer, 2001)
4)      Untuk  menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilan, persalinan, dan nifas dengan baik   dan selamat,  serta menghasilkan bayi yang sehat  (Depkes RI, 1997)
5)      Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang terdapat saat kehamilan, persalinan, dan kala nifas. Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil, persalinan, dan kala nifas. Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, kala nifas, laktasi, dan aspek KB. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal (Manuaba, 1998).
6)      Menghilangkan dan mengurangi masalah penyulit pada ibu hamil, mempertahankan keselamatan ibu hamil dan dalam keadaan kesehatan optimal pada saat melahirkan, supaya ibu dapat memenuhi segala kebutuhan janin, mencegah terjadinya prematuritas, lahir mati, dan kematian neonatal. Kesehatan yang optimal dari bayi (FKPP SPK se-Jawa Barat, 1997).
c.             Keuntungan ANC
Keuntungan ANC adalah diketahuinya secara dini keadaan risiko tinggi ibu dan janin, sehingga dapat :
1)      Melakukan pengawasan yang lebih intensif.
2)      Memberikan pengobatan sehingga resikonya dapat dikendalikan.
3)      Melakukan rujukan untuk mendapatkan tindakan yang adekuat.
Segera dilakukan terminasi kehamilan
d.            Pengertian Pelayanan ANC
Pelayanan ANC adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan kebidanan seperti yang ditetapkan dalam buku pedoman pelayanan kebidanan dasar bagi pelaksanaan KIA Puskesmas (Depkes RI, 2001), yaitu dengan pola 7T yaitu ; timbang berat badan, ukur Tekanan darah, ukur Tinggi fundus teri, pemberian imunisasi Tetanus Toksoid (TT) lengkap, pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan, tes terhadap penyakit menular seksual, temu wicara dalam rangka persiapan rujukan (Saifudin, 2002).
Pelayanan ANC mempunyai tujuan umum, yaitu menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama dalam kehamilan, persalinan dan nifas, sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat (Mochtar, 1998).
Di samping itu menurut Mochtar (1995) pelayanan ANC mempunyai tujuan khusus, yaitu:
1)      Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin dijumpai dalam kehamilan,  persalinan dan nifas.
2)      Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita sedini mungkin.
3)      Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak
4)      Memberikan nasihat-nasihat tentang cara hidup sehari-hari dan keluarga berencana, kehamilan, persalinan, nifas dan laktasi.
Sedangkan pelayanan ANC untuk bayi adalah memeriksakan kesehatan ibu sehingga dapat mengurangi persalinan prematur, berat bayi lahir rendah,lahir mati atau kematian bayi baru lahir, juga meningkatkan kesehatan bayi sebagai titik awal kualitas sumber daya manusia.
e.             Standar Pelayanan ANC
Standar pelayanan kebidanan menurut Pengurus Pusat Ikatan
Bidan Indonesia (2006) terdiri atas 6 standar yaitu :

1)          Identifikasi ibu hamil
Tujuan identifikasi ibu hamil adalah untuk mengenali dan memotivasi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya. Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan nmasyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur (PP IBI, 2006).
Dalam masa kehamilannya wanita hamil dianjurkan memeriksakan kehamilannya paling sedikit 4 kali selama periode antenatal yaitu pemeriksaan trimester pertama satu kali, trimester kedua satu kali, dan trimester ketiga dua kali (Depkes RI, 1997), sedangkan menurut Manuaba (1998) pemeriksaan antenatal dilakukakn sebanyak 12 sampai 13 kali selama kehamilan dan di negara berkembang pemeriksaan dilakukan sebanyak 4 kali sudah dianggap cukup sebagai kasus tercatat.
Berikan penjelasan kepada seluruh ibu tentang tanda – tanda kehamilan dan perubahan yang terjadi pada fungsi tubuhnya, sehingga ibu mengetahui dan memahami tanda – tanda serta gejala kehamilan dan ibu menyadari akan kegunaan pemeriksaan kehamilan secara dini dan teratur.
Setiap hasil pemeriksaan yang telah dilakukan catatlah dalam KMS ibu hamil/Buku KIA dan kartu ibu, dalam hal ini bidan diharapkan bekerja sama dengan tokoh masyarakat dan kader setempat.
2)      Pemeriksaan dan pemantauan antenatal
Pemeriksaan dan pemantauan antenatal bertujuan untuk memberikan pelayanan antenatal yang berkualitas dan deteksi dini komplikasi dengan hasil ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali selama hamil, meningkatnya pemanfaatan jasa bidan oleh masyarakat, deteksi dini dan penanganan komplikasi kehamilan, ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat mengenai tanda bahaya kehamilan dan tahu apa yang harus dilakukan, mengurus transportasi rujukan jika sewaktu – waktu terjadi kedaruratan.
Dalam pemeriksaan dan pemantauan antenatal menurut PP IBI (2006) bidan harus memperhatikan hal hal sebagai berikut : 1). Lakukan pemeriksaan fisik ibu hamil secara lengkap, 2). Berikan nasehat tentang cara perawatan diri selama kehamilan, tanda bahaya pada kehamilan, kurang gizi, dan anemia, 3). Bicarakan tentang tempat persalinan, persiapan transportasi untuk rujukan apabila diperlukan, 4). Catat semua temuan pada KMS ibu hamil/buku KIA dan kartu ibu.
3)      Palpasi Abdominal
Bertujuan untuk memperkirakan usia kehamilan, pemantatuan pertumbuhan janin, penentuan letak, posisi dan bagian bawah janin. Bidan melakukan pemeriksaan abdomen dengan seksama dan melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan. Bila umur kehamilan bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah, masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.
4)      Pengelolaan anemia pada kehamilan
Bertujuan untuk menemukan anemia pada kehamilan secara dini, dan melakukan tindak lanjut yang memadai untuk mengatasi anemia sebelum persalinan berlangsung. Bidan melakukan tidakan pencegahan, penemuan, penanganan dan atau rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Adapun tanda tanda anemia pada ibu hamil (Varney’s, 2004) adalah lelah dan mengantuk,, pusing dan lemah, masuk angin, sakit kepala,, rasa tidak enak di lidah, kulit pucat, mukus membran pucat, kuku tangan pucat, hilang nafsu makan, mual dan muntah.
Apabila bidan menemukan ibu hamil dengan tanda tanda tersebut diatas, beri penyuluhan gizi pada setiap kunjungan antenatal tentang perlunya tablet zat besi, makanan yang mengandung zat besi dan kaya vitamin C. Jika diduga ada anemia berat (Hb dibawah 8 gr%) segera rujuk ibu hamil untuk pemeriksaan dan perawatan selanjutnya, sarankan ibu untuk bersalin di Rumah Sakit (Varney’s, 2004).
5)      Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan
Bertujuan untuk mengenali dan menemukan secara dini hipertensi pada kehamilan dan melakukan tindakan yang diperlukan. Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenali tanda  serta gejala preeklampsi lainnya serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.
Jika ibu tidak dirujuk berikan bolus MgSO4 gr iv dilanjutkan dengan MgSO4 4 gr im setiap 4 jam dan nipedipin 10 mg peroral dilanjutkan 10 mg setiap 4 jam.
6)      Persiapan persalinan
Persiapan persalinan bertujuan untuk memastikan bahawa persalinan direncanakan dalam lingkungan yang aman dan memadai dengan pertolongan bidan terampil. Bidan memberikan saran yang tepat pada ibu hamil, suami/keluarganya pada trimester 3 memastikan bahwa persiapan persalinan bersih dan aman dan suasana yang menyenangkan akan direncanakakn dengan baik, disamping persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk bila tiba tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan mengusahakan untuk melakukan kunjungan ke setiap rumah ibu hamil uuntuk hal ini.
Bidan memberikan informasi agar ibu hamil mengetahui saat akan melahirkan dan kapan harus mencari pertolongan termasuk pengenalan tanda bahaya kehamilan diantaranya : sakit kepala, pusing, gangguan penglihatan, nyeri dibagian perut, ketuban pecah sebelum waktunya dan perdarahan pada kehamilan yang bukan darah lendir normal/show.


B.     Kerangka Teori
Pelayanan antenatal adalah pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil secara berkala untuk menjaga kesehatan ibu dan janinnya (Depkes RI, 1997 ). Dalam mewujudkan pelayanan yang optimal tentunya harus didukung dengan kemampuan sumber daya manusia yang baik pula. Tuntutan kemampuan dari sumber daya manusia dalam hal ini para tenaga kesehatan sangatlah penting adanya motivator yang mampu menjadi pendorong dalam terciptanya kinerja yang baik.
Motivasi sering kali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat. Jadi motivasi tersebut merupakan sesuatu yang menggerakkan manusia untuk bertingkah laku, dan di dalam perbuatannya itu mempunyai tujuan tertentu (Fitri, 2008). Apabila seorang motivator telah mampu untuk memberikan motivasinya yang positif terhadap karyawan maka lambat laun karyawan/tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugas pekerjaannya akan berjalan sesuai dengan kinerjanya.
Kinerja adalah pernyataan yang menyajikan ukuran hasil yang sebenarnya dari beberapa kegiatan pribadi atau kesatuan periode yang sama. (Kurdi, 1999).

C.    Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori di atas maka dapat diuraikan bahwa motivasi memiliki pengaruh terhadap kinerja karyawan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat di bawah ini.












Keterangan :
                  =  Faktor yang diteliti
                  =  Faktor yang tidak diteliti

Gambar 1
Kerangka Konsep

D.    Hipotesis
H0    =    Tidak terdapatnya hubungan antara motivasi terhadap kinerja Bidan dalam pelayanan ANC Di Wilayah Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya.
Ha   =    Terdapatnya hubungan antara motivasi terhadap kinerja Bidan dalam pelayanan ANC Di Wilayah Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya.
BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan menggunakan pendekatan rancangan potong lintang (Cross Sectional) dimana data akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan (Arikunto, 2005), yaitu metode yang mengambil sampel dan suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Menurut Sugiyono (2001) : “Penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dan sampel yang diambil dari populasi tersebut.”

B.     Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya. Adapun pelaksanaannya pada bulan Juni – Juli 2009.

C.    Populasi dan Sampel
1.      Populasi Penelitian
Arikunto (2006) dalam risetnya mendefinisikan bahwa populasi penelitian merupakan keseluruhan subjek yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah semua bidan yang bekerja di layanan kesehatan pemerintah di Wilayah Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya yang berjumlah 45 orang.


2.      Sampel Penelitian
Sampel pada penelitian ini diambil secara total sampling, dimana seluruh populasi dijadikan sampel penelitian, yaitu seluruh bidan yang bekerja di layanan kesehatan pemerintah di  wilayah Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya yaitu sebanyak 45 orang.

D.    Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini berupa lembar Kuesioner yang dibuat oleh penulis dengan jumlah kuesioner sebanyak 30 butir soal dan merupakan hasil adopsi dari Setiawan (2007). Instrumen tersebut dibuat pertanyaan-pertanyaan dengan menetapkan nilai atau bobot skor dan setiap alternatif jawaban berdasarkan standar Likert Favorable (Sugiyono, 2001).
Berikut adalah formasi nilai skor untuk alternatif jawaban dan masing-masing variabel.
Tabel 2
Skor Metode Likert
Jawaban
Skor Jawaban Positif
Skor Jawaban Negatif
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Ada Pendapat
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
5
4
3
2
1
1
2
3
4
5

Perhitungan hasil kuesioner tersebut kemudian menggunakan persentase dan skorsing dengan rumus sebagai berikut:
      (Sunarto, 2007)
Keterangan :
X   = Jumlah Persentase
F    = Banyaknya jawaban yang dijawab
N   = Jumlah jawaban yang seharusnya diberi jawaban

E.     Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.
  1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dan objek penelitian/responden guna mengetahui pengaruh antara variabel X terhadap variabel Y dengan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Kuesioner, yaitu mengumpulkan data dengan cara memberikan daftar pernyataan/ pertanyaan secara tertulis kepada responden untuk diisi dengan maksud memperoleh jawaban yang tepat dan jelas mengenai motivasi dan kinerja bidan dalam pelayanan ANC.
  1. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh tidak secara langsung dan objek atau lokasi penelitian, melainkan dan data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumentasi, yaitu mentransfer data/informasi yang didokumentasikan oleh pihak perusahaan.
F.     Prosedur Penelitian
Data dan informasi yang diperoleh dari jawaban responden terhadap kuesioner yang disebarkan akan ditransformasikan data kualitatif ke data kuantitatif dengan metode statistik yang ditetapkan untuk mengetahui pengaruh motivasi terhadap kinerja bidan dalam pelayanan antenatal care. Adapun keabsahan suatu penelitian sangat ditentukan pula oleh alat ukur yang digunakan. Untuk itu perlu adanya pengujian terhadap data baik instrumen untuk motivasi maupun kinerja bidan yakni dengan uji validitas. Jika pernyataan-pernyataan yang diajukan dinyatakan valid maka dilanjutkan ke uji reliabilitas.
1.      Uji Validitas
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah jawaban responden terhadap penyataan memiliki kesahihan atau tidak. Uji validitas dilakukan dengan cara menghitung korelasi dan masing-masing item pernyataan dengan total skor yang diperoleh dari semua jumlah skor pernyataan.
2.      Uji Reliabilitas
Uji ini dilakukan untuk mengetahui sejauhmana jawaban responden atas pernyataan dapat diandalkan dan dipercaya. Dengan kata lain bahwa pengukuran konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap objek yang sama dan alat ukur yang sama.
Uji validitas dan reliabilitas dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Cipedes kepada 10 orang bidan pada bulan Mei 2009 yang dianggap memiliki karakteristik yang sama dengan tempat penelitian.
G.    Variabel Penelitian
Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain (Notoatmodjo, 2002).
1.      Variabel Dependen
Pada penelitian ini, yang menjadi variabel dependen adalah kinerja bidan dalam pelayanan ANC.
2.      Variabel Independen
Variabel Independen pada penelitian ini adalah motivasi.
H.    Definisi Operasional


























Tabel 3
Operasionalisasi Variabel

Variabel
Definisi Operasional
Alat Ukur
Kategori
Skala
a. Variabel
·     Motivasi
  (X)






b.Subvariabel
  • Motif






  • Harapan





  • Insentif






Rangsangan dari luar dalam bentuk benda atau bukan benda yang dapat menumbuhkan dorongan pada orang untuk memiliki, menikmati, menguasai, atau mencapai benda/bukan benda tersebut


Suatu perangsang keinginan (want) dan daya penggerak kemampuan bekerja seseorang



Suatu kesempatan yang diberikan terjadi karena perilaku untuk tercapainya tujuan


Memotivasi(merangsang)  bawahan dengan memberikan hadiah (imbalan) kepada mereka yang berprestasi diatas prestasi standar.
-          Kuesioner









-         Kuisioner






-         Kuisioner





-   Kuisioner

-    Baik
-    Cukup
-    Kurang
-    Tidak baik





-    Baik
-    Cukup
-    Kurang
-    Tidak baik


-        Baik
-        Cukup
-        Kurang
-        Tidak baik

-        Baik
-        Cukup
-        Kurang
-              Tidak baik
Ordinal




Ordinal






Ordinal





Ordinal

Kinerja
(Y)
Penampilan hasil kerja personal baik secara kualitas dan kuantitas dalam suatu organisasi
-          Kuesioner

-    Baik
-    Cukup
-    Kurang
-    Tidak baik
Ordinal

I.       Teknik Analisis Data
Dalam pelaksanaan analisis data peneliti menggunakan perangkat komputer dan uji statistik dengan menggunakan uji univariat dan bivariat.
1.      Analisis Univariat
Analisis Univariat dipergunakan untuk menggambarkan masing-masing variabel baik variabel bebas maupun variabel terikat. Analisis univariat disajikan dengan membuat tabel distribusi frekuensi, dengan menggunakan rumus :
Keterangan :
X     : Persentase
a      : Banyaknya jumlah yang benar
b      : Jumlah semua pertanyaan
Hasil dari perhitungan tersebut kemudian dikategorikan menjadi (Arikunto, 1998) : apabila kategori baik pertanyaan dijawab dengan benar oleh responden sebanyak 76-100%, apabila kategori cukup pertanyaan dijawab dengan benar oleh responden sebanyak 56-75%, apabila kategori kurang pertanyaan dijawab dengan benar oleh responden sebanyak 40-55%, apabila kategori kurang sekali pertanyaan dijawab dengan benar oleh responden sebanyak  kurang dari 40%,
2.      Analisis Bivariat
Untuk mengetahui adanya hubungan yang signifikan antara variabel bebas dan variabel terikat.
Dalam penelitian ini untuk mendeskripsikan pola kecenderungan hubungan variabel bebas dan variabel terikat maka dibuat tabel silang. Tahap awal pengujian statistik dilakukan dengan melakukan uji normalitas dengan uji kolmogorov-smirnov untuk masing-masing variabel bebas dan variabel terikat yang memiliki skala pengukuran rasio atau interval. Hasil dan uji normalitas diperoleh data pada seluruh variabel bebas yaitu motivasi dengan variabel terikat yaitu kinerja bidan tidak berdistribusi normal, sehingga uji Rank Spearman digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.
Nilai koefisien korelasi (rho) berkisar antara 0-1. Nilai 0 menunjukkan tidak ada hubungan dan nilai 1 menunjukkan hubungan yang sempurna. Batasan nilai koefisien korelasi yang diperoleh untuk menentukan besarnya hubungan adalah sebagai berikut : 0,00 – 0,199 : Sangat lemah 0,20 – 0,399 : Lemah, 0,40 – 0,599 : Sedang, 0,60 – 0,799 : Kuat, 0,80 – 1,000 : Sangat Kuat (Sugiyono, 2003).
Untuk mengetahui nilai dari masing-masing indikator, maka dimasukkan ke dalam tabel seperti di bawah ini  :
Tabel 4
Indikator Penilaian Terhadap
Motivasi dan Kinerja Bidan

Kriteria Alternatif
Jawaban
Skor
Jumlah Responden
Jumlah Skor
Persentase
(%)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Ada Pendapat
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
5
4
3
2
1



Sumber : Masri Singarimbun dan Sofian Ef fendi (1995 : 111)




Tabel 5
Indikator Penilaian Terhadap
Kinerja Bidan
Kriteria alternatif
jawaban
Skor
Jumlah Responden
Jumlah
Skor
Presentase
(%)
Dilaksanakan

Tidak dilaksanakan

1

2



Sumber : Data yang diolah



1 komentar: