IKTERUS NEONATORUM
I. Pengertian
Adalah pewarnaan kuning pada kulit, mukosa dan sclera akibat peninggian kadar bilirubin darah yang terjadi pada minggu pertama pada hari 2 atau ke3, meningkat bertahap sampai 170 mikromol/liter (12,1mikromol/liter=1mg/dl) pada hari ke 4 atau ke5 dan turun lagi hingga tak tampak pada minggu ke2.
Ikterus pada neonatus tak selamanya merupakan ikterus patologis. Ikterus fisiologis yaitu ikterus yang tidak mempunyai dasar patologi dan kadarnya tidak melewati kadar yang membahayakan yang mempunyai potensi menjadi kern ikterus dan tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi. Ikterus dikatakan fisiologis jika :
- Timbul pada hari ke2 dan ke3
- kadar bilirubin in direk dalam 2 x 24 jam tidak lebih dalam 15mg% pada neonatus aterm dan 10mg% pada neonatus premature.
- Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg% per hari
- Kadar bilirubi direk tidak melebihi 1 mg%
- Ikterus menghilang pada 10 hari pertama.
- Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologi.
Hiperbilirubinemia yaitu suatu keadaan dimana kadar bilirubin mencapai suatu nilai yang mempunyai potensial menimbulkan kern ikterus kalau tidak ditanggulangi. Hiperbilirubinemia termasuk ikterus patologi. Hiperbilirubinemia terjadi jika kadar bilirubin mencapai 12mg% pada bayi cukup bulan dan 15% pada bayi premature dan timbul pada 24 jam pertama, menetap setelah 28 hari pada bayi cukup bulan / setelah 14 hari pada bayi kurang bulan.
Kern ikterus yaitu suatu kerusakan otak yang disebabkan oleh perlengketan bilirubin bebas pada membran mitokondria, neuron pada daerah otak tertentu termasuk ganglia basal, lobus hipokampus, nucleus subtalamikus dan cerebelum. Kern ikterus berarti adanya pewarnaan dan nekrosis neuron pada area yang dapat dilihat pada otopsi.
II. Etiologi
Etiologi ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun disebabkan oleh beberapa faktor. Secara garis besar etiologinya adalah :
1. Produksi bilirubin yang berlebihan yang melebihi kemampuan bayi untuk mengeluarkannya.
2. gangguan pada proses uptake, dan konjugasi hepar yang disebabkan oleh imaturitas hepar .
3. Gangguan dalam transportasi.
4. Gangguan dalam ekskresi.
III. Manifestasi Klinik
Gejala – gejala yang timbul yang menunjukkkan bayi terkena ikterus diantaranya:
1. Ikterus timbul pada hari ke 2 atau hari ke 3 ( pada ikterus patologi timbul pada 24 jam pertama)
2. Timbul warna kuning pada kulit dan sclera mata
3. Gangguan neurologis bisa terjadi kejang, opistotonus, tidak mau minum, letargis, reflek moro lemah atau tidak ada sama sekali.
4. jumlah bilirubin unkonjugatis meningkat, feses berwana putih seperti dempul.
5. Suhu meningkat
6. Pembesaran hepar
7. Perut membucit.
IV. Patofisiologi
Untuk mendapatkan pengertian yang cukup mengenai ikterus nenonatorum perlu diketahui metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus. Perbedaan utama metabolisme ini yaitu adalah pada janin, hepar belum berfungsi karena bilirubin dikeluarkan melalui plasenta berupa bilirubin indirek atau yang larut dalam lemak.
Sebagian besar bilirubin terbentuk sebagai akibat degradasi HB dalam system RES. Tingkat penghancuran HB neonatus lebih tinggi daripada bayi yang lebih tua. Bilirubin indirek kemudian diikat pada albumin ikatat. Uptake bilirubin dilakukan oleh protein Y dan Z. dalam hepar bilirubin ini mengalami proses konjugasi yang membutuhkan energi dan enzim glukoronil trasferase.
Kemudian bilirubin berubah menjadi bilirubin direk. Bilirubin direk kemudian di ekskresi ke usus dan sebagian lagi dikeluarkan dalam bentuk scercobilin. Bila terjadi hambatan pada peristaltic usus misalnya pada pemberian makanan yang agak terhambat maka oleh pengaru betha-glukoronidase bilirubin sebagian diubah menjadi bilirubin indirek yang kemudian masuk kedalam sirkulasi darah. Pada janin sebagian bilirubin yang diserap kembali itu dikeluarkan melalui plasenta. Pada BBL ekskresi melalui plasenta terputus. Pada janin ekskresi jalan ini yang utama sehingga bila fungsi hepar atau belum matang atau terdapat gangguan pada fungsi hepar akibat hipoksia, asidosis, bila terdapat kekurangan enzim glukoronil transferase atau kekurangan glukosa, maka kadar bilirubin in direk dalam darah meningkat. Peningkatan bilirubin indirek yang bebas tersebut dapat berbahaya karena bilirubin inilah yang melekat dalam otak.
V. Komplikasi
Komplikasi yang timbul karena ikterus adalah : Kern ikterus yaitu sindrom neurologis yang disebabkan oleh menumpuknya bilirubin indirek dalam otak.
v Stadium I : reflek moro jelek, hipotoni, letargi, poorfiding, vomitus, highpitced cry, kejang
v Stadium II : Ovistototonus, panas, rigiditas, okulogirik, kreises, trises, mata cenderung efiesi keatas.
v Stadium III: Spastisipas menurun pada sekitar usia 1 minggu
v Stadium IV: Gejala sisa lanjut, spastisistas, atetosis, tuliparsial/komplit, retardasi mental, paralysis bola mata, displasia dental.
VI. Pencegahan dan Pengobatan
Dalam penanganan ikterus cara – cara yang dipakai adalah untuk mencegah dan mnegobati hiperbilirubinemia :
1. Mempercepat metabolisme
v Earlyfeeding, karena dengan pemberian makanan yang dini akan terjadi pendorongan gerakan usus dan mekonium lkebih cepat dikeluarakan sehingga peredaran enterohepatik bilirubin berkurang.
v Pemberian penobarbital, khasiatnya adalah mengadakan induksi enzim mikrosoma sehingga konjugasi bilirubin lebih cepat.
v Pemberian agar – agar karena dapat menghalangi peredaran bilirubin
2. Merubah bilirubin
Terapi sinar
Terapi sinar diberikan jika bilirubin mencapai 15mg%. Alat yang digunakan terdiri atas blue neon yang berkekuatan masing – masing 20 watt sebanyak 10 buah. Terapi diberikan selama 72 jam sampai kadar bilirubin mencapai 7,5 mg%.
3. Transfusi Tukar
Transfusi tukar diberikan pada kasus – kasus sebagai barikut :
v Ikterus dengan kadar bilirubin indirek lebih dari 20mg%
v Pada bayi premature
v Pada inkompatibilitas golongan darah.
MUNTAH DAN GUMOH
MUNTAH
I. Pengertian
Keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung secara paksa melalui mulut yang terjadi setelah agak lama makanan masuk dalam lambung disertai kontraksi lambung dan abdomen. Muntah pada bayi merupakan gejala yang serinkali dijumpai dan dapat dijumpai pada berbagai gangguan.
Dalam beberapa jam pertama setelah lahir bayi mungkin muntah lendir, bahkan kadang disertai sedikit darah. Muntah ini tidak jarang menetap setelah pemberian makanan pertama, suatu keadaan yang mungkin disebabkan adanya iritasi mukosa lambung oileh sejumlah benda yang tertelan selama proses persalinan. Jika muntahnya menetap, pembilasan lambung dengan larutan garam fisiologik akan dapat menolongnya.
II. Etiologi :
v Cara pemberian makan yang salah, iritasi lambung dan lain – lain
v Kelainan congenital (atresia esophagus, stenosis pylorus, dll)
v Pada masa neonatus lebih sering, misalnya disebabkan factor infeksi misalnya infeksi traktus urinarius akut, hepatitis, peritonitis, dll)
v Keracunan
III. Komplikasi
v Kehilangan cairan tubuh/elektrolit sehingga dapat menyebabkan dehidrasi dan alkalosis
v Karena tidak mau minum dapat menyebabkan ketosis.
v Ketosis dapat menyebabkan asidosis yang akhirnya bias menjadi renjatan (syok)
v Bila muntah sering dan hebat akan terjadi ketegangan otot dinding perut, perdarahan konjungtiva, ruptura esophagus, infeksi mediastinum, aspirasi muntah, dan timbul perdarahan.
IV. Patofisiologi
Suatu keadaan dimana bayi menyemprotkan isi perutnya keluar, kadang – kadang sampai seluruh isinya dikeluarkan. Pada bayi, sering timbul pada minggu – minggu pertama, hal ini merupakan aksi reflek yang dikoordinasi dalam medulla oblongata dimana isi lambung dikeluarkan dengan paksa melalui mulut. Muntah dapat dikaitkan dengan keracunan, penyakit saluran pencernaan, penyakin intrakranial dan toksin yang dihasilkan oleh bakteri.
V. Sifat Muntah :
v Keluar cairan terus menerus maka kemungkinan obstruksi esophagus.
v Muntah proyektif (muntah seakan – akan dilontarkan keluar dari mulut) kemungkinan stenosis filorus, hal ini terjadi karena adanya suatu kelemahan pada katup diujung bawah lambung yang menghubuingkan lambung dengan usus 12 jari yang tidak mau terbuka.
v Muntah hijau kekuningan kemungkinan obstruksi di bawah ampula vateri.
v Muntah segera lahir dan menetap, kemungkinan tekanan intrakranial tinggi atau obstruksi usus.
VI. Penatalaksanaan
v Pengkajian faktor penyebab dan kaji sifat muntah.
v Perlakukan bayi dengan baik dan hati – hati.
v Beri suasana yang tenang.
v Pengobatan tergantung dari penyebabnya
v Simptomatis dapat diberi anti emetik.
v Bila adanya kelainan yang sangat penting sega rujuk ke rumah sakit
GUMOH/REGURGITASI
1. Pengertian
Keluarnya kembali (tumpah/gumoh) tanpa paksaan. Susu yang telah ditelan ketika atau beberapa saat setelah minum atau menyusui dan dalam jumlah sedikit.
Muntah susu merupakan hal agak umum, terutama pada bayi yang mendapat ASI. Hal ini tidak mengganggu pertambahan berat badan yang memuaskan dan umumnya disebabkan oleh karena menelan udara. Pada anak yang minum susu botol, hal ini dapat disebabkan oleh lubang dot yang kecil sehingga lebih banyak udara yang tertelan.
2. Etiologi
v Anak atau bayi yang sudah kenyang
v Posisi bayi saat menyususi
v Posisi botol
v Terburu-buru/tergesa-gesa
v Kegagalan mengeluarkan udara yang tertelan
3. Patofisiologi
Pada keadaan gumoh/muntah telah terjadi keadaan dimana bila lambung telah terisi penuh, maka kadang-kadang sedikit susu bercampur air liurnya akan mengalir kembali ke atas dan keluar dari mulut melalui sudut-sudut bibirnya. Hal ini terjadi karena otot katup di ujung atas lambung tidak bekerja dengan baik, yaitu mendorong isinya ke bawah. Keadaan ini dapat juga terjadi pada orang dewasa dan anak-anak yang lebih besar. Kebanyakan gejala-gejala ini tampak pada bayi-bayi dalam bulan pertama hidupnya.
4. Penatalaksanaan
Regurgitasi (gumoh) yang tidak berlebihan merupakan keadaan yang normal, terutama pada bayi muda di bawah 6 bulan.
v Dengan memperbaiki teknik menyusui/memberikan susu
v Setelah menyusui usahakan bayi bersendawa
v Bayi yang menyusu pada ibu harus dengan bibir yang mencakup rapat putting susu ibu
DIAPER RUSH (RUAM POPOK)
1. Pengertian
Diaper rush (ruam popok) merupakan akibat akhir karena kontak terus-menerus dengan keadaan lingkungan yang tidak baik.
2. Etiologi
a. Kebersihan kulit yang tidak terjaga
b. Jarang ganti popok setelah bayi kencing (popok yang basah)
c. Udara/suhu lingkungan yang terlalu panas/lembab
d. Akibat mencret-mencret
e. Reaksi kontak terhadap karet, plastik, deterjen
3. Patofisiologi
Pada saat bayi mengompol urine akan mengenai kulit sekitar alat kelamin dan lipatan paha, daerah tersebut akan lembab dan memberikan peluang untuk tumbuhnya mikroorganisme yang dapat merusak kulit bayi. Penimbunan urine pada popok yang basah dapat membuat kulit bayi teritasi, dan menyebabkan infeksi karena pada urine terdapat bakteri dari jenis ammoniagenes yang dapat menguraikan urine dan membentuk zat yang disebut amoniak, bakteri ini mungkin terkumpul di dalam popok, seprei ataupun pakaian bayi dan tanpa diketahui telah menguraikan urine menjadi zat amoniak. Bau zat amoniak ini adalah bau pesing yang dapat diketahui dari bau popok, seprei ataupun baju bayi anda.
4. Manifestasi Klinik
a. Bintik-bintik merah dan bercak-bercak kasar di tengah daerah yang berwarna lebih merah dari kulit sekitarnya.
b. Erupsi pada daerah kontak yang menonjol, seperti : pantat, alat kemaluan, perut bawah, paha atas
c. Keadaan lebih parah dapat dijumpai pada : eritematosa, vasikula, ulserasi.
5. Pencegahan
a. Menjaga kebersihan bayi setelah bayi mengompol atau buang air besar. Bersihkan daerah ini dengan sebaik mungkin dan keringkanlah segera sebelum memakaikan popok kembali.
b. Jangan biarkan popok bayi dalam keadaan basah.
c. Saat memandikan dengan menggunakan sabun, bersihkan daerah paha dan sekitarnya dengan teliti, jaga agar tidak sisa sabun melekat di kulit bayi.
d. Jagalah kebersihan popok, sabuni popok dan bilaslah berulang-ulang dengan air bersih, sebelum dijemur.
e. Akan lebih baik bila popok disterilkan, untuk membunuh bakteri-bakteri dari jenis amoniagenes.
f. Perhatikan lipatan-lipatan kulit bayi terutama bayi yang gemuk jangan sampai lembab
6. Penatalaksanaan Asuhan
a. Memberitahukan kepada ibu penyebab bercak-bercak merah di kulit bayinya
b. Memberi tahu dan menjelaskan kepada ibu cara mengatasi dan merawat bercak-bercak tersebut yang terdiri dari :
v Daerah yang terkena diaper rush, tidak boleh terkena air kencing terlalu lama (terendam).
v Segera dibersihkan dan dikeringkan bila anak kencing atau berak.
v Untuk membersihkan kulit yang teriritasi dengan menggunakan kapas halus yang menggunakan minyak
v Posisi tidur anak diatur supaya tidak menekan kulit atau daerah iritasi
v Memperhatikan kebersihan kulit dan kebersihan tubuh secara keseluruhan
v Memelihara kebersihan pakaian dan alat-alat yang akan digunakan oleh bayi.
v Pakaian atau celana yang basah oleh air kencing harus direndam dengan larutan yang dicampur dengan antiseptik
v Kemudian dibersihkan, bila menggunakan sabun maka harus dibilas sampai bersih dengan menggunakan air yang bersih dan keringkan.
c. Memberitahukan kepada ibu untuk segera menghubungi petugas kesehatan apabila terdapat tanda-tanda sebagai berikut :
v Bercak merah semakin meluas
v Bayi merasa tidak nyaman dengan bercak-bercak tersebut
v Bila muncul tanda-tanda infeksi misalnya demam
ORAL TRUSH
1. Pengertian
Adalah penyakit yang menyerang selaput lendir mulut dan menimbulkan luka yang berwarna putih yang disebabkan oleh jamur.
2. Etiologi
Ø Kandida Albican (Moniliasis)
Ø Kebersihan yang kurang terjaga
3. Patofisiologi
Jamur kandida albican tumbuh pada selaput lendir mulut dan menimbulkan kelainan yang berupa selaput putih pada mulut. Kadang-kadang selaput ini menutupi seluruh selaput mulut. Jamur kandida albican ini biasanya didapatkan oleh bayi dari ibu yang mengalami infeksi kandida albican pada jalan lahir saat persalinan ataupun bayi mendapatkannya melalui penularan dari bayi lain karena kurangnya penjagaan kebersihan.
4. Gejala Klinis/Manifestasi Klinis
Ø Timbul bercak putih pada lidah, bibir dan selaput lendir mulut menyerupai koagulasi susu.
Ø Dapat menyebabkan anak tidak mau makan/menyusu, dan mencret ringan
5. Komplikasi
Jika kronis akan terjadi granulomatosa (luka berbenjol-benjol kecil) menyerang sejak bayi sampai dengan anak-anak dan berlangsung terus-menerus sampai beberapa tahun bahkan menyerang kulit anak.
Dapat menyebabkan stomatitis (herpes stomatitis dan stomatitis pincen), diare, dermatitis dan infeksi perinatal
6. Pencegahan
Ø Jaga kebersihan mulut, sering-sering diberi minum setelah makan
Ø Jaga kebersihan lingkungan bayi
Ø Bayi mempunyai peralatan makan/minum sendiri dan selalu dibersihkan/disterilkan setelah dipakai dengan direbus.
Ø Beri nutrisi yang cukup
Ø Untuk menjaga kebersihan mulutnya lebih baik diberi air putih setelah diberi susu dan mulut dibersihkan dengan kapas lembab
Ø Mulut bayi jangan dikorek-korek
Ø Pemakaian antibiotik dengan indikasi dan tujuan yang jelas.
7. Penatalaksanaan Asuhan
a. Memberitahukan kepada ibu mengenai bercak putih pada mulut bayinya
b. Memberitahukan kepada ibu cara perawatan bercak putih tersebut dengan cara :
Ø Jaga kebersihan mulut bayi.
Ø Bercak putih pada mulut bayi tidak boleh dikorek- korek, terutama dengan menggunakan tangan yang tidak terjamin kebersihannya.
Ø Diberi makanan yang lunak / cair, sedikit- sedikit tetapi sering.
c. Memberitahu ibu bahwa sebenarnya bercak putih tersebut dapat hilang dengan sendirinya, namun bila bercak tersebut tidak kunjung hilang, maka dapat diberikan pengobatan dengan gentian violet 0,5% atau larutan nistatin dengan dosis 3 x 100.000 IU/ hari, sebelumnya bibir dibersihkan dengan kapas steril yang dibasahi dengan air garam fisiologis dan ditotolkan ada stomatitisnya baru kemudian dioleskan obatnya.
Jika stomatitis masih kotor/ bernanah jangan dioleskan gentian violet, karena akan menyebabkan permukaan luka menjadi kering sedangkan pada bagian bawahnya justru lebih parah. Pemberian nistatin tidak boleh lebih dari 7 hari, bila masih diperlukan biasanya ganti obat dengan yang lain.
d. Memberitahukan ibu untuk segera menghubungi petugas kesehatan apabila terdapat tanda- tanda sebagai berikut :
Ø Bercak putih semakin meluas
Ø Bayi sulit/ tidak mau menyusu
Ø Bayi mengalami demam
BERCAK MONGOL
Pigmentasi yang datar dan brwarna gelap di daerah pinggang bawah dan bokong yang ditemukan saat lahir pada beberapa bayi, yang akan menghilang secara perlahan-lahan selama tahun pertama dan tahun kedua kehidupan.
HEMANGIOMA
Tanda lahir ini terdiri atas dua jenis :
1. Nevus Flammeus ialah darah kapiler yang tidak menonjol, berbatas tegas, berwarna merah – ungu yang tidak bertambah ukurannya, bisa menghilang atau memudar warnanya.
2. Nevus Vaskadosus ialah kapiler yang baru terbentuk dan membesar pada kulit (lapisan dermis dan subdermis) yang tumbuh beberapa bulan kemudian mengkerut dan menghilang.
Referensi
- IDAI, Depkes, RI. 2004. Buku Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir untuk Dokter, Bidan dan Perwat di Rumah Sakit. Jakarta
- Pusdiknakes. 2003. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir. Jakarta
- Nelson. 1992. Ilmu Kesehatan Anak bagian 2. Buku Kedokteran.
- ________.1986 Perawatan Anak di puskesmas, Depkes RI. Dan Yaysan Gatra Prospekta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar